Rabu, 14 April 2010

Kesulitan Belajar Keterampilan Membaca Siswa

Kesulitan Belajar Membaca

Sebelum kita mengenal faktor-faktor penyebab kesulitan yang dihadapi siswa dalam belajar membaca, guru perlu mernahami konsep membaca dan aspek-aspek dalam membaca. Goodman (1988: 12) menjelaskan bahwa membaca merupakan proses reseptif. Proses tersebut merupakan proses psikolinguistik yang dimulai dari pengenalan struktur permukaan bahasa yang disandikan oleh penulis sampai pada konstruksi rnakna teks itu. Dengan dernikian, dalam kegiatan membaca terdapat interaksi yang esensial antara bahasa dan pikiran. Pembaca yang cakap dapat merekontruksi makna teks yang dibacanya. Dalam merekontruksi teks tersebut, pembaca yang efisien menggunakan waktu seminimal mungkin.

Dalam kegiatan membaca terjadi proses pengolahan informasi masukan yang terdiri atas informasi visual dan informasi nonvisual. Informasi visual merupakan informasi yang dapat diperoleh melalui indra penglihatan, sedangkan informasi nonvisual merupakan informasi yang sudah ada dalam benak si pembaca. Karena pembaca memiliki pengalaman yang berbeda-beda dan mempergunakan pengalaman itu untuk menafsirkan informasi visual yang ada dalam teks, makna teks akan berubah-ubah sesuai dengan pengalaman penafsirannya.

Pembaca dalam membaca sebuah teks perIu memiliki berbagai macam keterampilan. Keterampilan-keterampilan yang dimaksudkan adalah (a) keterampilan mengenal huruf dan tanda baca, (b) keterampilan menghubungkan huruf dan tanda baca dengan unsur-unsur Iinguistik, dan (e) keterampilan menghubungkan antara huruf dan tanda baca dengan unsur-unsur linguistik dan maknanya. Dalam membaca, pembaca perlu perlu menggunakan sistem simbol secara serentak, yaitu grafofonik, sintaktik, dan semantik. Melalui ketiga simbol itu, pembaca berusaha memperoleh makna teks yang dibacanya.

Pembaca merupakan keterampilan yang sangat kompleks yang melibatkan keterampilan-keterampilan lain yang lebih kecil. Keterampilan-keterampilan itu meliputi (1) keterampilan mekanis, yang mencakup keterampilan mengenali huruf, unsur-unsur linguistik, hubungan pola ejaan, dan bunyi; (2) keterampilan pemahaman, yang mencakup memahami makna leksikal, gramatikal, dan retorikal, serta memahami maksud dan tujuan penulis; dan (3) mengevaluasi bentuk dan isi. Untuk mencapai keterampilan mekanis dapat digunakan jenis membaca nyaring, sedangkan untuk mencapai keterampilan pemahaman dapat digunakan jenis membaca pemahaman.

Pemahaman teks merupakan proses aktif yang melibatkan integrasi pengetahuan pembaca dengan informasi dalam teks, dengan maksud agar memahami teks tersebut (Alexander, 1988). Pemahaman terhadap isi teks merentang dari tidak memahami sampai pada benar-benar memahami. Keberagaman tingkat pemahaman ini bukan hanya terjadi antara individu satu dan individu yang lain, tetapi juga pada individu itu sendiri. Hal ini terjadi, karena pemahaman itu dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor karakteristik teks yang dibaca dan karakteristik pembacanya. Karakteristik materi bacaan meliputi konsep atau isi bacaan, kosakata teknik,· makna kata-kata khusus, struktur sintaksis, dan sebagainya. Adapun karakteristik pembaca yang berpengaruh pad a pemahaman teks adalah pengetahuan pembaca, keterampilan memecahkan pesan, tujuan pembaca, minat pembaca, dan sebagainya.

Dalam kegiatan membaca, ada dua hal pokok yang perIu dibedakan, yakni membaca sebagai produk dan membaca sebagai proses. Membaca sebagai produk merupakan kegiatan membaca yang menekankan pada hasil kegiatan itu. Produk membaca ini adalah komunikasi pikiran dan emosi oleh penulis dan pembaca. Produk tersebut merupakan konsekuensi dari pemanfaatan aspek-aspek proses tertentu dalam urutan yang sesuai. Yang dimaksudkan membaca sebagai suatu proses adalah proses kegiatan dalam membaca dengan menggunakan metode atau langkah-Iangkah tertentu.

Sebagai suatu proses, membaca merupakan kegiatan yang sangat kompleks. Burns, dan kawan-kawan (1984) menjelaskan bahwa dalam proses membaca terlibat berbagai aspek, meliputi (I) aspek sensori, yakni aspek kemampuan untuk memahami simbol-simbol tertulis, (2) aspek perseptual, yakni aspek kemampuan menginterpretasi apa yang dilihatnya sebagai simbol atau kata, (3) aspek urutan, yakni aspek kemampuan mengikuti pola-pola urutan, logika, dan gramatikal teks, (4) aspek asosiasi, yakni aspek kemampuan mengenal hubungan antara simbol dan bunyi, dan an tara kata-kata dan yang dipresentasikan, (5) aspek eksperiensial, yakni aspek kemampuan menghubungkan kata-kata dengan pengalaman yang telah dimiliki untuk memberikan makna kata itu, (6) aspek belajar, yakni aspek kemampuan mengingat apa yang telah dipelajari dan menghubungkamiya dengan gagasan dan fakta yang baru dipelajarinya, (7) aspek berpikir, yakni aspek kemampuan membuat inferensi dan evaluasi dari materi yang dipelajari, dan (8) aspek afektif, yakni aspek yang berkenaan dengan minat pembaca yang berpengaruh terhadap kegiatan membaca.

Goodman (1988) menjelaskan bahwa sebagai suatu proses, membaca melibatkan lima proses kegiatan. Kelima proses ini adalah (1) rekognisiasi, yaitu proses mengenai tulisan yang dipaparkan dalam teks, (2) prediksi, yaitu proses mengantisipasi dan memprediksi maksud atau makna tulisan, (3) konjirmasi, yaitu proses mencari dan memverifikasi hasil prediksi, (4) koreksi, yaitu proses untuk memproses kembali, jika menemukan ketidakajegan atau jika prediksinya tidak tepat, dan (5) terminasi, yakni proses menyelesaikan kegiatan membacanya, ketika makna yang -diserapnya telah lengkap.

Smith (1979) membagi aspek pemahaman tersebut menjadi 4 kategori, yaitu (I) pemahaman literal, (2) interpretasi, (3) membaca kritis, dan (4) memabca secara kreatif. Pemahaman literal merupakan keterampilan pemahaman yang paling sederhana atau paling dasar dan hanya memerlukan sedikit kegiatan berpikir. Keterampilan ini sebagai keterampilan mendapatkan makna kata, gagasan, dan kalimat dalam konteks secara langsung.

Kategori berikutnya adalah intepretasi. Interpretasi melibatkan keterampilan berpikir, yang diperlukan pembaca untuk mengidentifikasi gagasan dan makna yang tidak secara eksplisit dinyatakan dalam teks. Dalam kategori interpretasi ini, pembaca perlu memiliki kemampuan (a) membuat generalisasi, (b) menentukan hubungan sebab-akibat, (c) mengidentifikasi motif-motif, (d) menemukan hubungan antar bagian-bagian teks, (e) memprediksi kesimpulan, dan (f) membuat perbandingan.

Kategori ketiga dalam paradigma Smith di atas adalah membaca kritis. Dalam membaca kritis ini pembaca tidak hanya sekedar mampu memahami secara literal dan mampu menginterpretasi isi teks, tetapi lebih dari itu, yakni mampu menilai apa yang dibacanya. Pembaca mampu secara kritis menilai gagasan-gagasan yang disampaikan penulis dan menilai kesahihan apa yang dibacanya.

Kategori pemahaman yang keempat adalah membaca kreatif. Dalam kategori terse but, pembaca mencoba menerapkan gagasan-gagasan yang ada dalam teks ke simasl yang baru, mengombinasikan gagasan yang telah dimiliki pembaca dengan gagasan ada dalam teks, dan mencoba memerluas konsep-konsep yang ada dalam teks yang dibacanya. Secara singkat, dapat dikatakan bahwa dalam membaca kreatif ini pembaca berusaha secara kreatif menciptakan sesuatu yang bam berdasarkan gagasan-gagasan yang ada dalam teks

2. Faktor-faktor penyebab kesulitan membaca

Dalam pelaksanaan pembelajaran membaca, guru seringkali dihadapkan pada siswa yang mengalami kesulitan, baik yang berkenaan dengan hubungan bunyi huruf, suku kata, kata, kalimat sederhana, maupun ketidakmampuan siswa memahami isi bacaan. Berikut dikemukakan kesulitan-kesulitan yang umumnya dihadapi siswa dalam belajar membaca

a. Kurang mengenali huruf

Kesulitan yang berupa ketidakmampuan siswa mengenali huruf-huruf dalam alfebetis seringkali dijumpai oleh guru. Ketidakmampuan siswa membedakan huruf besar dan kecil termasuk dalam kategori kesulitan ini. Ketidakjelasan siswa dalam melafalkan sebuah huruf sering terjadi khususnya pada huruf seperti [p], [b], [d], [t], [c], [v].

Kata-kata yang mengandung huruf-huruf tersebut memungkinkan siswa kurang mengenali huruf sehingga terjadi salah ucap seperti kata:

Sabtu sering diucapkan sa[p] tu

Sebab sering diucapkan seba [p]

Sapta sering diucapkan sa [b]ta

Murid sering diucapkan muri [t]

TV sering diucapkan [ti] [vi] yang benar [teve]

Baterai ABC sering diucapkan baterai ab [se] yang benar ab[ce]

Untuk memastikan apakah siswa mengalami kesulitan dalam mengenali huruf dapat dilakukan melalui pengujian secara informal atau pengujian secara formal dengan menggunakan tes pengenalan huruf.

Upaya yang ditempuh guru dalam membantu siswa yang mengalami jenis kesulitan ini dapat berupa:

· huruf dijadikan bahan nyanyian

· menampilkan huruf dan mendiskusikan bentuk (karakteristiknya), khususnya huruf-huruf yang memiliki kemiripan bentuk

b. Membaca Kata Demi Kata

Siswa yang mengalami jenis kesulitan ini biasanya berhenti setelah membaca sebuah kata, tidak segera diikuti dengan kata berikutnya. Membaca kata demi kata seringkali disebabkan oleh: (a) gagaI menguasai keterampilan pemecahan kode (decoding), (b) gagal memahami makna kata, atau (c) kurang lancar membaca. Membaca kata demi kata memang merupakan tahap awal dari kegiatan membaca. Akan tetapi jika siswa tidak mengalami kemajuan dalam hal tersebut, maka dia termasuk kategori siswa yang menghadapi masalah. Untuk memastikan apakah seorang siswa mengalami kesulitan terse but dapat ditempuh melalui pengamatan.

Cara yang dapat digunakan untuk mengatasi siswa yang mengalami jenis kesulitan ini adalah:

· Gunakan bacaan yang tingkat kesulitannya paling rendah suruh siswa menulis kalimat dan membacanya dengan keras.

· Jika kesulitan ini disebabkan oleh kurangnya penguasaan kosa kata, maka perlu pengayaan kosa kata jika siswa tidak menyadari bahwa dia membaca kata demi kata, rekamlah kegiatan siswa membaca dan putarlah hasil rekaman tersebut.

c. Memparafraskan yang Salah

Dalam membaca, siswa seringkali melakukan pemenggalan (berhenti membaca) pada tempat yang tidak tepat atau tidak memperhatikan tanda baca, khususnya tanda koma. Jika kesulitan ini tidak di atasi, siswa akan mengalami banyak hambatan dalam proses membaca yang sebenarnya.

Untuk mengatasi jenis kesulitan ini dapat digunakan beberapa cara berikut:

· Jika kesalahan disebabkan oleh ketidaktahuan siswa terhadap makna kelompok kata (frasa), sajikan sejumlah kelompok kata dan latihan cara membacanya.

· Jika kesalahan disebabkan oleh ketidaktahuan siswa tentang tanda baca, perkenalkan fungsi tanda baca dan cara membacanya.

· Berikan paragraf tanpa tanda baca, suruhlah siswa untuk membacanya.

· Selanjutnya ajaklah siswa-siswa untuk menuliskan tanda baca pada paragraf tersebut.

d. Penghilangan Huruf atau Kata

Yang dimaksud dengan kesulitan penghilangan ini adalah siswa menghilangkan (tidak dibaca) satu huruf, kata dari teks yang dibacanya.

Misalnya

Majalah dibaca malaja

Tujuh dibaca tujuh

Mudah dibaca muda dll

Penghilangan huruf, kata ini biasanya disebabkan oleh ketidakmampuan siswa mengucapkan huruf-­huruf yang membentuk kata. Bahka ada kata yang sengaja tidak baca dikarenakan sulit membacanya.

Untuk mengatasi hal ini dapat ditempuh beberapa upaya berikut.

· Lakukan koreksi secara tidak langsung (misalnya disuruh membaca ulang) terhadap siswa yang memiliki kebiasaan menghilangkan huruf atau kata dalam membaca.

· Kenali jenis huruf atau kata yang dihilangkan Berikan latihan membaca kata atau frasa

e. Pengulangan Kata

Kebiasaan siswa mengulangi kata atau frasa dalam membaca juga disebabkan oleh faktor tidak mengenali kata, kurang menguasai huruf-bunyi, atau rendah keterampilannya.

Untuk mengatasi kesulitan ini dapat digunakan cara-cara berikut.

· Siswa perIu disadarkan bahwa mengulang akta dalam membaca merupakan kebiasaan buruk.

· Kenali jenis kata yang sering diulang

· Siapkan kata atau frasa sejenis untuk dilatihkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar