PEMBELAJARAN SASTRA ANAK

PEMBELAJARAN SASTRA ANAK LINTAS KURIKULUM

1. Pembelajaran Sastra anak-Anak

Subjek dan objek kita dalam pendidikan bahasa dan sastra Indonesia dikelas rendah adalah anak kecil. Dunia anak-anak yang penuh dengan kegembiraan merupakan salah satu aspek penting untuk dipertimbang dalam memilih pembelajaran yang cocok diberikan kepada mereka. Karya sastra merupakan pembelajaran yang cocok untuk diberikan dikelas rendah karena telah diketahui oleh kita pada umumnya. Dengan membaca karya sastra hati kita bisa merasakan sesuatu yang menyenangkan dan menggembirakan . Selain ituu karya sastra pun memberikan nilai-nilai dan pengetahuan lain yang belum pernah diketahui oleh anak-anak, seperti pengetahuan bagaimana sebaiknya mereka berinteraksi dengan sesama. Secara tidak langsung juga, karya sastra dapat dijadikan refleksi kehidupan anak-anak. Karena melalui karya sastra mereka dapat mencurahkan pengalaman hidup mereka dan pada akhirnya mereka dapat menemukan nilai-nilai yang terkandung dari pengalaman yang telah mereka tuangkan ke dalam karya satra.
Bagi seorang calon pendidik dikelas rendah, sangatlah penting mengetahui nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam karya satra.

Nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra.

Sebelumnya kita telah membahas bahwa karya sastra secara tidak langsung dapat membantu kita menanamkan nilai-nilai dan pengetahuan lain dikehidupan anak-anak.
Baik televisi maupun karya sastra memang keduanya baik digunakan sebagai media belajar. Namun kenyataannya banyak anak yang lebih tertarik menonton televisi dari pada membaca karya sastra. Padahal karya sastra dapat menolong anak-anak memahami dunia mereka, membentuk sikap-sikap positif dan menyadari hubungan manusiawi (sawyerdan comer, 1991:2-5, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dikelas Rendah; 1996:76)
Dari kutipan tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa dari karya sastra ada nilai-nilai penting yang dapat anak-anak ambil, yaitu:

a. Memahami Dunia
Melalui karya sastra anak-anak dapat mempelajari dan memaknai dunia mereka sesuai dengan pemikiran mereka. Dengan catatan karya sastra yang benar-benar diperuntukan bagi anak-anak seusia mereka. Contoh karya sastra yang benar-benar diperuntukan bagi anak-anak adalah karya sastra yang bertemakan “persabatan”.

b. Membentuk sikap positip
Karya sastra dapat membantu kita membentuk dan menanamkan sikap-sikap positif didiri anak, melalui pembelajaran karya sastra ialah :
1. Kesadaran akan harga diri (self-esteem)
Dari cerita tokoh dalam karya sastra, anak-anak dapat mengambil pengetahuan bagaimana sikap tokoh-tokoh idola mereka, dan pada masa ini anak-anak selalu ingin menjadi seperti tokoh itu, dan dari sinilah anak dapat menemukan dirinya, mengenal pribadi yang ia idolakan.
2. Toleransi terhadap orang
Melalui karya sastra, anak-anak dapat melihat bagaimana tokoh-tokoh dalam cerita(sastra) berinteraksi, dan dengan bimbingan kita anak-anak dapat mengetahui dan memahami tentang bagaimana cara menyesuaikan diri dengan yang lain.
3. Keingintahuan tentang hidup
4. Menyadari hubungan yang manusia.

Memilih sastra anak-anak
Sebagai seorang pendidik, kita harus mempertimbaangkan bahan ajaran yang akan diberikan pada anak didiknya, dalam hal ini anak-anak dikelas rendah(anak kecil)
Menilik dari pernyataan:
Betty Hearne (lewat sawyer dan comer, 191:44, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dikelas rendah, 1996) “Buku anak-anak merupakan tempat bagi emosi yang kuat, bahasa yang tepat, dan seni yang hebat”.
Dapat disimpulkan dengan jelas begitu besarnya fungsi buku (bahan ajaran, contoh karya sastra) dalam kehidupan anak-anak. Maka dengan demikian sebagai seorang pendidik, kita harus mempunyai pertimbangan Khusus dalam memilih buku anak-anak agar mereka bisa mendapat hal-hal positif dan menyenangi pembelajaran yang mereka lakukan. Yang menjadi pertimbangan khusus dalam memilih buku (bahan ajaran, karya satra) ialah kesesuaian isinya dengan kurikulum dan aspek-aspek tertentu dalam buku yang membangkitkan minat anak-anak.

Aspek -aspek buku yang harus dipertimbangkan bagi anak-anak :
1. Penokohan
Syarat utama tokoh cerita yang cocok bagi anak-anak ialah:
a. Tokoh utama harus dapat dipercaya
b. Tokoh harus taat asas (konsisiten) maksudnya watak dasar tokoh tetap utuh, tidak diubah-ubah.
c. Tokoh binatang menarik bagi anak, maksudnya tokoh binatang tersebut harus memberikan pendidikan pada anak dan diharapkan dengan tokoh-tokoh ini anak-anak dapat menumbuhkan rasa cinta terhadap binatang.

2. Latar cerita
Latar cerita ini menyangkut tempat, waktu, cara tokoh-tokoh, cerita hidup, aspek cultural lingkungan.
3. Alur cerita
Alur cerita untuk bacaan/buku anak-anak haruslah jelas, sederhana dan sesuai dengan kehiddupan nyata. Agar anak-anak tidak sulit memahami isi dari cerita.
4. Tema
Ilustrator dalam cerita dapat mempertegas tema cerita. Yang sesuai wajibdiperhatiklan kita harus bisa memilih tema yang sesuai dengan perkembangan kehidupan anak. Contoh : tema persahabatan atau rasa cinta tanah air.





2. Macam-macam Karya Sastra Anak-Anak

1. Dongeng
Di dalam pembicaraan sehari-hari, dongeng merupakan suatu cerita yang hidup dikalangan rakyat yang disajikan dengan cara bertutur lisan. Pada mulanya dongeng berkaita dengan kepercayaan masyarakat yang berkebudayaan primitif. Adpun, Jacob Grimn mengemukakan bahwa dongeng menggambarkan peri kehidupan dan kebudayaan nenek moyang bangsa jerman, serta sumber mempelajari bahasa dan menemukakan hukum-hukum bahasa jerman.
Berdasarkan isinya dongeng digolongkan atas beberapa jenis, yaitu legenda, fabel, dan cerita rakyat.
Contoh : Cerita Dewi Sri yang dikisahkan sang dewi menolak diperistri oleh Batara Guru. Dewi Sri meninggal. Ketika dimakamkan dari jenazahnya tumbuh pohon padi, dari kepala, tumbuh pohon kelapa, dari giginya tumbuh pohon agung.

2. Fabel
Fabel adalah cerita yang digunakan untuk pendidikan moral. Kebanyakan fabel menggunakan tokoh-tokoh binatang. Disamping itu, fabel yang menggunakan tokoh. Tokoh binatang, ada yang menggunakan manusia atau benda mati sebagai tokoh (Swyer Dar Comer 1991 : 78-79). Kesusastraaan Indonesia cukup kaya dengan cerita binatang ini, misalnya cerita sikancil yang memiliki perilaku yang cerdik, jenaka, lincah, dsb. Yang amat popular di masyarakat Indonesia.
Contoh : Cerita sikancil dengan kura-kura, dia memiliki akal yang cerdik yang dapat melabui kura-kura.

3. Legenda
Istilah legenda dari kata “legend” (inggris). Dalam kamus Riders Dictionary oleh Hornby, legend berarti “old story handed from the past. : one deuftful truth” (cerita purbakala yang meriwayatkan tentang masa lalu yang belum pasti kebenarannya. Legenga adalah cerita yang isinya tentang asal usul suatu daerah.
Contoh : legenda yang sudah tidak asing lagi yaitu cerita si Malin Kundang Legenda ini menggambarkan keadaan anak yang durhaka kepada orang tuanya. Si Malin Kundang yang dikutuk oleh ibunya sendiri menjadi batu.

4. Cerita Rakyat
Cerita rakyat merupakan cerita yang alurnya mirip dengan legenda, yang mengungkap penyelesaian masalah secara baik dan adil. Setiap kebudayaan memiliki cerita rakyat. Cerita rakyat digunakan untuk menerangkan suatu masyarakat, sejarah, dan gejala alam.
Contoh : Seperti kuntilanak, yang mana dikatakan bahwa kuntilanak adalah makhluk halus penjelmaan seorang perempuan hamil yang meninggal. Konon sang kuntilanak ini tidak ingin berpisah dengan anaknya, maka pada malam hari kuntilanak sering keluar dari kuburnya untuk mencari anaknya. Dalam cerita rakyat ini kuntilanak selalu digambarkan dengan berambut panjang terurai, serba putih, dan menakutkan bagi siapa saja yang melihatnya.

5. Puisi
Puisi merupakan nyanyian tanpa notasi. Puisi merupakan bentuk karya satra yang paling imajinatif dan mendalam mengenai alam sekitar, cinta, kasih saying, perjuangan, dll. Puisi memiliki irama yang indah, ringkas, dan tepat.
Contoh :
Surat dari Ibu
Pergi ke laut lepas, anaku saying
Pergi kea lam bebas
Selama hari belum petang
Dan warna senja belum kemerah-merahan
Menutup pintu waktu lampau..
Karya Asrul Sani

6. Drama
Drama dalam kaitannya dengan pembelajaran di kelas rendah, berarti yang sesuai dengan karakteristik usia anak. Sehubungan dengan itu, Hamzah (1985:145) menyatakan bahwa kegiatan drama bagi anak-anak harus merupakan angkah rekreasi, senilai dengan kegiatan bermain kelereng, laying-layang, sekolah, rumah-rumahan, bermain boneka dll. Jadi drama tidak seperti yang dipentasakan oleh orang dewasa. Namun dalam hal ini drama merupakan sarana untuk menarik minat, melatih, atau mengenalkan dasar-dasar tentang drama. Jadi drama di kelas rendah masih merupakan permainan.

7. Novel
Istilah novel berasal dari kata latin “novellus” yang diturunkan dari kata “novles” yang berarti baru : cerita rakyat yang baru muncul kemudian sesudah drama, puisia dll (Tarigan, 1985:164). Novel menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dari tokoh cerita, dimana kejadian-kejadian itu menimbulkan pergolakan batin yang mengubah perjalanan si tokoh.
Contoh :
Novel ayat-ayat cinta dll.

Karakteristik dan Implikasi untuk perkembangan anak

No
KARAKTERISTIK
IMPLIKASI

1.




2.



3.





4.



5.

Anak belajar membaca : mereka senang membaca buku-buku yang mudah dan menunjukan kemamapuan barunya.

Mereka belajar menulis dan menyenangi cerita kreasi mereka sendiri.

Jangjauan perhatian bertambah, dan anak-anak menyenangi cerita yang lebih panjang dari pada ketika mereka berusia lima tahun.

Anak-anak dibawah tujuh tahun masih berpandangan dekat dan belajar terus tentang situasi nyata.

Suatu waktu umur mereka tepat pada tingkat yang disebut Piaget sebagai operasional konkret.

Menyediakan buku-buku yang mudah dibaca, dapat mengembangkan keterampilan anak-anak.


Memberi kesempatan kapada anak-anak untuk menulis, menghias dan memperlihatkan buku gambar mereka.

Merka senang mendengarkan cerita panjang. Mereka mulai menyukai cerita panjang, bila tiap babnya dilengkapi dengan waktu cerita.

Menyediakan pengalaman dengan memberi kesempatan untuk melihat, berdiskusi, dan membuktikan informasi.

Anak-anak dapat dikembanggkan kearah susunan baru, berupa aturan pengelompokan. Mereka tidak dapat melihat seluruh objek, tetapi dapat memahami hubungan diantaraya.


Perkembangan Pribadi
No
KARAKTERISTIK
IMPLIKASI
1.




2.
Usia enam tahun tidak memiliki keseimbangan emosi seperti usia lima tahun. Mereka lebih tegang, bisa jadi menyerang balik guru atau orang lain.

Anak-anak meminta kebebasan, tetapi memerlukan ketenangan dan keamanan dari orang tua.
Bantu anak-anak menemukan jalan yang layak untuk mangatasi ketegangan mereka. Baca cerita untuk melukiskan bagaimana anak lain mangatasi ketegangannya.

Menyediakan kesempatan bagi mereka untuk menunjukan kebebasan, beri mereka kesempatan untu memilih buku dan kegiatan yang tersedia.

 
Perkembangan Sosial

No
KARAKTERISTIK
IMPLIKASI
1.



2.




3.




4.



5.


6.
Anak-anak akan menentang orang tua ketika berada dibawah tekanan.


Mereka ingin bermain dengan anak-analain seringkali , tetapi menuntut.


Nak-anak merespon terhadap bantuan atau puji guru. Mereka mencoba menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Mereka menikmati tetap duduk dan mendengarkan cerita dibacakan di sekolah, dirumah, dll

Anak-anak memiliki pikiran yang teguh tentang benar atau salah.

Mereka ingin tahu tentang perbedaan antara laki-laki dan perempuan.
Berdasaarkan hati mereka agar kesensitifannya tersalur ke dalam kegiatan  yang lebih bermanpaat.

Berdasarkan hati anak dengan member kesempatan untuk berperan dalam memecahkan masalah.


Izinkan mereka untuk bekrja dan mendapat pujian. Pujilah cara mereka membaca, dan berilah mereka buku-buku.

Sering menyediakan waktu untuk bercerita dan membaca.


Perkenalkan mereka pada nilai-nilai kebiasaan dan standar tingkah laku melalui orang tua mereka.
Beri mereka buku yang dapat membantu menjawab pertanyaannya.