A.Pendahuluan
Dalam bidang kebahasaan menunjuk pada aspek bahasa yang ditandai oleh adanya keteraturan dalam mempergunakan bahasa. Struktur bahasa dikelompokan atas struktur bunyi, kata dan struktur kalimat.
Pembahasan dilakukan secara sederhana sesuai dengan keperluannya dalam penyelenggaraan pengajaran struktur bahasa Indonesia di sekolah dasar.
Pemahaman tentang struktur bahasa Indonesia akan membantu anak didik kita mempelajari lebih dalam lagi tentang pembelajaran bahasa Indonesia.
Di dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat keterampilan berbahasa yang menjadi sasaran pokok yaitu menyimak, membaca, menulis dan berbicara. Pengajaran Bahasa Indonesia adalah suatu kegiatan berusaha, bertujuan, dan dilakukan dalam ruang lingkup suatu lembaga pendidikan formal.
Hal diatas tersebut berhubungan dengan teknik-teknik dalam pembelajaran bahasa di kelas rendah, karena di dalamnya terdapat hal-hal sebagai berikut :
1. teknik pembelajaran bahasa lisan
2. teknik pembelajaran bahasa tulisan/tulis
3. teknik membaca
4. teknik menyimak
5. teknik menulis
6. teknik berbicara
B.Pengertian Teknik Pendidikan Bahasa Di Kelas Rendah
Teknik artinya cara-cara mengerjakan atau melaksanakan sesuatu. Sedangkan teknik pembelajaran adalah cara-cara atau siasat yang di lakukan oleh guru dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk mendapatkan hasil yang optimal. Teknik pembelajaran ditentukan berdasar metode yang digunakan menurut pendekatan yang dianutkan.
Di dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat keterampilan berbahasa yang menjadi sasaran pokok, yaitu menyimak, berbicara, menulis, dan membaca. Keterampilan menyimak dan berbicara dikategorikan dalam keterampilan berbahasa lisan, sedangkan keterampilan menulis dan membaca dikategorikan dalam keterampilan berbahasa tulis.
Menyimak dan berbicara merupakan keterampilan berbahasa lisan yang amat fungsional dalam kehidupan manusia sehari-hari. Dengan keterampilan menyimak dan berbicara kita dapat memperoleh dan menyampaikan informasi.
Kegiatan menyimak dan berbicara tidak dapat dipisahkan. Oleh sebab itu, siswa dituntut untuk mampu menyimak dan berbicara dengan baik.
Agar pembelajaran berbahasa lisan memperoleh hasil yang baik, strategi pembelajaran yang digunakan guru harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1) Relevan dengan tujuan pembelajaran
2) Menantang dan merangsang siswa untuk belajar
3) Mengembangkan kreativitas siswa secara individual ataupun kelompok.
4) Memudahkan siswa memahami materi pelajaran
5) Mengarahkan aktivitas belajar siswa kepada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
6) Mudah diterapkan dan tidak menuntut disediakannya peralatan yang rumit.
7) Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan.
C.Teknik Pembelajaran Bahasa Lisan
1.Menyimak
a)Simak - Kerjakan
Model ucapan guru berisi kalimat perintah. Siswa mereaksi atas perintah guru. Reaksi siswa itu berbentuk perbuatan.
b)Simak - Terka
Guru mempersiapkan deskripsi sesuatu benda tanpa menyebut nama bendanya. Deskripsi itu disampaikan secara lisan kepada siswa. Kemudian siswa diminta menerka nama benda itu.
c)Simak - Berantai
Guru membisikkan suatu pesan kepada seorang siswa. Siswa tersebut membisikkan pesan itu kepada siswa kedua. Siswa kedua membisikkan pesan itu kepada siswa ketiga. Begir\tu seterusnya. Siswa trerakhir menyebuitkan pesan itu dengan suara jelas di depan kelas. Guru memeriksa apakah pesan itu benar-benar sampai pada siswa terakhir atau tidak.
d)Identifikasi Kalimat Topik
Guru membacakan sebuah paragraf lalu siswa menuliskan kalimat topiknya
e)Pemberian Petunjuk
Teknik pemberian petunjuk ini dilakukan dengan cara guru memberikan sebuah petunjuk, seperti petunjuk mengerjakan sesuatu, petunjuk mengenai arah atau letak suatu tempat yang memerlukan sejumlah persyaratan. Petunjuk tersebut harus jelas, singkat, dan tepat. Pemberi petunjuk ini dapat dilakukan oleh guru kepada murid atau sesama murid.
2.Berbicara
a)Bercerita
b)Cerita berantai
c)Bermain Peran
Bermain peran adalah simulasi tingkah laku dari orang yang diperankan. Tujuannya adalah melatih siswa untuk menghadapi situasi yang sebenarnya, melatih praktik berbahasa lisan secara intensif, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuannya berkomunikasi.
Dalam bermain peran, siswa bertindak, berlaku, dan berbahasa seperti orang yang diperankannya. Dari segi bahasa berarti siswa harus mengenal dan dapat menggunakan ragam-ragam bahasa yang sesuai.
d)Dramatisasi
Dramatisasi atau bermain drama adalah kegiatan mementaskan lakon atau cerita. Biasanya cerita yang dilakonkan sudah dalam bentuk drama. Guru dan siswa terlebih dahulu harus mempersiapkan naskah atau skenario, perilaku, dan perlengkapan. Bermain drama lebih kompleks daripada bermain peran. Melalui dramatisasi, siswa dilatih untuk mengekspresikan perasaan dan pikirannya dalam bentuk bahasa lisan.
D.Teknik Pembelajaran Bahasa Tulisan/Tulis
1.Menulis
b)Mengarang gambar
c)Melanjutkan karangan
d)Mendeskripsikan objek
2.Membaca
Metode-metode membaca permulaan, antara lain :
b)Metode abjad/ alfabet
Metode ini dilakukan melalui pengenalan huruf yang harus di hafal dengan lafal menurut bunyinya. Huruf yang telah di hafal tersebut dirangkai menjadi suku kata, dilanjutkan menjadi kata dan akhirnya digabungkan menjadi kalimat.
Contoh :
i n i N i n a
i ni Ni na
ini Nina
c) Metode bunyi/ eja
Metode ini disajikan dengan menampilkan huruf-huruf. Untuk konsonan dibantu bunyi pepet di depan huruf. Contoh : b → eb
Contoh : i n i
i en i ni → ini
d)Metode suku kata
Metode ini disajikan dengan menggunakan beberapa suku kata terlebih dahulu, lalu di rangkai menjadi kata.
e)Metode kata
Metode ini disajikan dengan menggunakan kata-kata yang dipecah menjadi suku kata lalu menjadi huruf dan kembali menjadi suku kata hingga akhirnya menjadi suku kata yang utuh.
Contoh : ini buku
i ni bu ku
i n i b u k u
i ni bu ku
ini buku
f)Metode kalimat
Metode ini dilakukan dengan penyajian beberapa kalimat setelah siswa dapat membaca kalimat tersebut, ambilah sebuah kalimat untuk di uraikan menjadi kata. Kata itu diurai menjadi suku kata dan suku kata itu di pecah menjadi huruf.
Contoh : Ini Bapak Rini
Bapak Rini seorang Petani
Bapak Rini seorang Petani yang rajin
Bapak Rini seorang Petani
Bapak Rini seorang Petani
Ba pak Ri ni se o rang Pe ta ni
B a p a k R i n i s e o r a n g p e t a n i
g)Metode baca -jawab
h)Metode baca - kritik (untuk apresiasi sastra)
i)Baca - ceritakan
E.Penutup
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat di simpulkan bahwa teknik pembelajaran adalah cara-cara atau siasat yang di lakukan oleh guru dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk mendapat hasil yang optimal. Teknik pembelajaran di tentukan berdasarkan metode yang digunakan menurut pendekatan yang dianut. Teknik pembelajaran tersebut meliputi teknik pembelajaran bahasa lisan dan teknik pembelajaran bahasa tulisan/tulis.
Kamis, 15 April 2010
TEKNIK PENDIDIKAN BAHASA DI KELAS RENDAH
A.Pendahuluan
Dalam bidang kebahasaan menunjuk pada aspek bahasa yang ditandai oleh adanya keteraturan dalam mempergunakan bahasa. Struktur bahasa dikelompokan atas struktur bunyi, kata dan struktur kalimat.
Pembahasan dilakukan secara sederhana sesuai dengan keperluannya dalam penyelenggaraan pengajaran struktur bahasa Indonesia di sekolah dasar.
Pemahaman tentang struktur bahasa Indonesia akan membantu anak didik kita mempelajari lebih dalam lagi tentang pembelajaran bahasa Indonesia.
Di dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat keterampilan berbahasa yang menjadi sasaran pokok yaitu menyimak, membaca, menulis dan berbicara. Pengajaran Bahasa Indonesia adalah suatu kegiatan berusaha, bertujuan, dan dilakukan dalam ruang lingkup suatu lembaga pendidikan formal.
Hal diatas tersebut berhubungan dengan teknik-teknik dalam pembelajaran bahasa di kelas rendah, karena di dalamnya terdapat hal-hal sebagai berikut :
1. teknik pembelajaran bahasa lisan
2. teknik pembelajaran bahasa tulisan/tulis
3. teknik membaca
4. teknik menyimak
5. teknik menulis
6. teknik berbicara
B.Pengertian Teknik Pendidikan Bahasa Di Kelas Rendah
Teknik artinya cara-cara mengerjakan atau melaksanakan sesuatu. Sedangkan teknik pembelajaran adalah cara-cara atau siasat yang di lakukan oleh guru dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk mendapatkan hasil yang optimal. Teknik pembelajaran ditentukan berdasar metode yang digunakan menurut pendekatan yang dianutkan.
Di dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat keterampilan berbahasa yang menjadi sasaran pokok, yaitu menyimak, berbicara, menulis, dan membaca. Keterampilan menyimak dan berbicara dikategorikan dalam keterampilan berbahasa lisan, sedangkan keterampilan menulis dan membaca dikategorikan dalam keterampilan berbahasa tulis.
Menyimak dan berbicara merupakan keterampilan berbahasa lisan yang amat fungsional dalam kehidupan manusia sehari-hari. Dengan keterampilan menyimak dan berbicara kita dapat memperoleh dan menyampaikan informasi.
Kegiatan menyimak dan berbicara tidak dapat dipisahkan. Oleh sebab itu, siswa dituntut untuk mampu menyimak dan berbicara dengan baik.
Agar pembelajaran berbahasa lisan memperoleh hasil yang baik, strategi pembelajaran yang digunakan guru harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1) Relevan dengan tujuan pembelajaran
2) Menantang dan merangsang siswa untuk belajar
3) Mengembangkan kreativitas siswa secara individual ataupun kelompok.
4) Memudahkan siswa memahami materi pelajaran
5) Mengarahkan aktivitas belajar siswa kepada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
6) Mudah diterapkan dan tidak menuntut disediakannya peralatan yang rumit.
7) Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan.
C.Teknik Pembelajaran Bahasa Lisan
1.Menyimak
a)Simak - Kerjakan
Model ucapan guru berisi kalimat perintah. Siswa mereaksi atas perintah guru. Reaksi siswa itu berbentuk perbuatan.
b)Simak - Terka
Guru mempersiapkan deskripsi sesuatu benda tanpa menyebut nama bendanya. Deskripsi itu disampaikan secara lisan kepada siswa. Kemudian siswa diminta menerka nama benda itu.
c)Simak - Berantai
Guru membisikkan suatu pesan kepada seorang siswa. Siswa tersebut membisikkan pesan itu kepada siswa kedua. Siswa kedua membisikkan pesan itu kepada siswa ketiga. Begir\tu seterusnya. Siswa trerakhir menyebuitkan pesan itu dengan suara jelas di depan kelas. Guru memeriksa apakah pesan itu benar-benar sampai pada siswa terakhir atau tidak.
d)Identifikasi Kalimat Topik
Guru membacakan sebuah paragraf lalu siswa menuliskan kalimat topiknya
e)Pemberian Petunjuk
Teknik pemberian petunjuk ini dilakukan dengan cara guru memberikan sebuah petunjuk, seperti petunjuk mengerjakan sesuatu, petunjuk mengenai arah atau letak suatu tempat yang memerlukan sejumlah persyaratan. Petunjuk tersebut harus jelas, singkat, dan tepat. Pemberi petunjuk ini dapat dilakukan oleh guru kepada murid atau sesama murid.
2.Berbicara
a)Bercerita
b)Cerita berantai
c)Bermain Peran
Bermain peran adalah simulasi tingkah laku dari orang yang diperankan. Tujuannya adalah melatih siswa untuk menghadapi situasi yang sebenarnya, melatih praktik berbahasa lisan secara intensif, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuannya berkomunikasi.
Dalam bermain peran, siswa bertindak, berlaku, dan berbahasa seperti orang yang diperankannya. Dari segi bahasa berarti siswa harus mengenal dan dapat menggunakan ragam-ragam bahasa yang sesuai.
d)Dramatisasi
Dramatisasi atau bermain drama adalah kegiatan mementaskan lakon atau cerita. Biasanya cerita yang dilakonkan sudah dalam bentuk drama. Guru dan siswa terlebih dahulu harus mempersiapkan naskah atau skenario, perilaku, dan perlengkapan. Bermain drama lebih kompleks daripada bermain peran. Melalui dramatisasi, siswa dilatih untuk mengekspresikan perasaan dan pikirannya dalam bentuk bahasa lisan.
D.Teknik Pembelajaran Bahasa Tulisan/Tulis
1.Menulis
b)Mengarang gambar
c)Melanjutkan karangan
d)Mendeskripsikan objek
2.Membaca
Metode-metode membaca permulaan, antara lain :
b)Metode abjad/ alfabet
Metode ini dilakukan melalui pengenalan huruf yang harus di hafal dengan lafal menurut bunyinya. Huruf yang telah di hafal tersebut dirangkai menjadi suku kata, dilanjutkan menjadi kata dan akhirnya digabungkan menjadi kalimat.
Contoh :
i n i N i n a
i ni Ni na
ini Nina
c) Metode bunyi/ eja
Metode ini disajikan dengan menampilkan huruf-huruf. Untuk konsonan dibantu bunyi pepet di depan huruf. Contoh : b → eb
Contoh : i n i
i en i ni → ini
d)Metode suku kata
Metode ini disajikan dengan menggunakan beberapa suku kata terlebih dahulu, lalu di rangkai menjadi kata.
e)Metode kata
Metode ini disajikan dengan menggunakan kata-kata yang dipecah menjadi suku kata lalu menjadi huruf dan kembali menjadi suku kata hingga akhirnya menjadi suku kata yang utuh.
Contoh : ini buku
i ni bu ku
i n i b u k u
i ni bu ku
ini buku
f)Metode kalimat
Metode ini dilakukan dengan penyajian beberapa kalimat setelah siswa dapat membaca kalimat tersebut, ambilah sebuah kalimat untuk di uraikan menjadi kata. Kata itu diurai menjadi suku kata dan suku kata itu di pecah menjadi huruf.
Contoh : Ini Bapak Rini
Bapak Rini seorang Petani
Bapak Rini seorang Petani yang rajin
Bapak Rini seorang Petani
Bapak Rini seorang Petani
Ba pak Ri ni se o rang Pe ta ni
B a p a k R i n i s e o r a n g p e t a n i
g)Metode baca -jawab
h)Metode baca - kritik (untuk apresiasi sastra)
i)Baca - ceritakan
E.Penutup
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat di simpulkan bahwa teknik pembelajaran adalah cara-cara atau siasat yang di lakukan oleh guru dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk mendapat hasil yang optimal. Teknik pembelajaran di tentukan berdasarkan metode yang digunakan menurut pendekatan yang dianut. Teknik pembelajaran tersebut meliputi teknik pembelajaran bahasa lisan dan teknik pembelajaran bahasa tulisan/tulis.
Dalam bidang kebahasaan menunjuk pada aspek bahasa yang ditandai oleh adanya keteraturan dalam mempergunakan bahasa. Struktur bahasa dikelompokan atas struktur bunyi, kata dan struktur kalimat.
Pembahasan dilakukan secara sederhana sesuai dengan keperluannya dalam penyelenggaraan pengajaran struktur bahasa Indonesia di sekolah dasar.
Pemahaman tentang struktur bahasa Indonesia akan membantu anak didik kita mempelajari lebih dalam lagi tentang pembelajaran bahasa Indonesia.
Di dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat keterampilan berbahasa yang menjadi sasaran pokok yaitu menyimak, membaca, menulis dan berbicara. Pengajaran Bahasa Indonesia adalah suatu kegiatan berusaha, bertujuan, dan dilakukan dalam ruang lingkup suatu lembaga pendidikan formal.
Hal diatas tersebut berhubungan dengan teknik-teknik dalam pembelajaran bahasa di kelas rendah, karena di dalamnya terdapat hal-hal sebagai berikut :
1. teknik pembelajaran bahasa lisan
2. teknik pembelajaran bahasa tulisan/tulis
3. teknik membaca
4. teknik menyimak
5. teknik menulis
6. teknik berbicara
B.Pengertian Teknik Pendidikan Bahasa Di Kelas Rendah
Teknik artinya cara-cara mengerjakan atau melaksanakan sesuatu. Sedangkan teknik pembelajaran adalah cara-cara atau siasat yang di lakukan oleh guru dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk mendapatkan hasil yang optimal. Teknik pembelajaran ditentukan berdasar metode yang digunakan menurut pendekatan yang dianutkan.
Di dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat keterampilan berbahasa yang menjadi sasaran pokok, yaitu menyimak, berbicara, menulis, dan membaca. Keterampilan menyimak dan berbicara dikategorikan dalam keterampilan berbahasa lisan, sedangkan keterampilan menulis dan membaca dikategorikan dalam keterampilan berbahasa tulis.
Menyimak dan berbicara merupakan keterampilan berbahasa lisan yang amat fungsional dalam kehidupan manusia sehari-hari. Dengan keterampilan menyimak dan berbicara kita dapat memperoleh dan menyampaikan informasi.
Kegiatan menyimak dan berbicara tidak dapat dipisahkan. Oleh sebab itu, siswa dituntut untuk mampu menyimak dan berbicara dengan baik.
Agar pembelajaran berbahasa lisan memperoleh hasil yang baik, strategi pembelajaran yang digunakan guru harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1) Relevan dengan tujuan pembelajaran
2) Menantang dan merangsang siswa untuk belajar
3) Mengembangkan kreativitas siswa secara individual ataupun kelompok.
4) Memudahkan siswa memahami materi pelajaran
5) Mengarahkan aktivitas belajar siswa kepada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
6) Mudah diterapkan dan tidak menuntut disediakannya peralatan yang rumit.
7) Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan.
C.Teknik Pembelajaran Bahasa Lisan
1.Menyimak
a)Simak - Kerjakan
Model ucapan guru berisi kalimat perintah. Siswa mereaksi atas perintah guru. Reaksi siswa itu berbentuk perbuatan.
b)Simak - Terka
Guru mempersiapkan deskripsi sesuatu benda tanpa menyebut nama bendanya. Deskripsi itu disampaikan secara lisan kepada siswa. Kemudian siswa diminta menerka nama benda itu.
c)Simak - Berantai
Guru membisikkan suatu pesan kepada seorang siswa. Siswa tersebut membisikkan pesan itu kepada siswa kedua. Siswa kedua membisikkan pesan itu kepada siswa ketiga. Begir\tu seterusnya. Siswa trerakhir menyebuitkan pesan itu dengan suara jelas di depan kelas. Guru memeriksa apakah pesan itu benar-benar sampai pada siswa terakhir atau tidak.
d)Identifikasi Kalimat Topik
Guru membacakan sebuah paragraf lalu siswa menuliskan kalimat topiknya
e)Pemberian Petunjuk
Teknik pemberian petunjuk ini dilakukan dengan cara guru memberikan sebuah petunjuk, seperti petunjuk mengerjakan sesuatu, petunjuk mengenai arah atau letak suatu tempat yang memerlukan sejumlah persyaratan. Petunjuk tersebut harus jelas, singkat, dan tepat. Pemberi petunjuk ini dapat dilakukan oleh guru kepada murid atau sesama murid.
2.Berbicara
a)Bercerita
b)Cerita berantai
c)Bermain Peran
Bermain peran adalah simulasi tingkah laku dari orang yang diperankan. Tujuannya adalah melatih siswa untuk menghadapi situasi yang sebenarnya, melatih praktik berbahasa lisan secara intensif, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuannya berkomunikasi.
Dalam bermain peran, siswa bertindak, berlaku, dan berbahasa seperti orang yang diperankannya. Dari segi bahasa berarti siswa harus mengenal dan dapat menggunakan ragam-ragam bahasa yang sesuai.
d)Dramatisasi
Dramatisasi atau bermain drama adalah kegiatan mementaskan lakon atau cerita. Biasanya cerita yang dilakonkan sudah dalam bentuk drama. Guru dan siswa terlebih dahulu harus mempersiapkan naskah atau skenario, perilaku, dan perlengkapan. Bermain drama lebih kompleks daripada bermain peran. Melalui dramatisasi, siswa dilatih untuk mengekspresikan perasaan dan pikirannya dalam bentuk bahasa lisan.
D.Teknik Pembelajaran Bahasa Tulisan/Tulis
1.Menulis
b)Mengarang gambar
c)Melanjutkan karangan
d)Mendeskripsikan objek
2.Membaca
Metode-metode membaca permulaan, antara lain :
b)Metode abjad/ alfabet
Metode ini dilakukan melalui pengenalan huruf yang harus di hafal dengan lafal menurut bunyinya. Huruf yang telah di hafal tersebut dirangkai menjadi suku kata, dilanjutkan menjadi kata dan akhirnya digabungkan menjadi kalimat.
Contoh :
i n i N i n a
i ni Ni na
ini Nina
c) Metode bunyi/ eja
Metode ini disajikan dengan menampilkan huruf-huruf. Untuk konsonan dibantu bunyi pepet di depan huruf. Contoh : b → eb
Contoh : i n i
i en i ni → ini
d)Metode suku kata
Metode ini disajikan dengan menggunakan beberapa suku kata terlebih dahulu, lalu di rangkai menjadi kata.
e)Metode kata
Metode ini disajikan dengan menggunakan kata-kata yang dipecah menjadi suku kata lalu menjadi huruf dan kembali menjadi suku kata hingga akhirnya menjadi suku kata yang utuh.
Contoh : ini buku
i ni bu ku
i n i b u k u
i ni bu ku
ini buku
f)Metode kalimat
Metode ini dilakukan dengan penyajian beberapa kalimat setelah siswa dapat membaca kalimat tersebut, ambilah sebuah kalimat untuk di uraikan menjadi kata. Kata itu diurai menjadi suku kata dan suku kata itu di pecah menjadi huruf.
Contoh : Ini Bapak Rini
Bapak Rini seorang Petani
Bapak Rini seorang Petani yang rajin
Bapak Rini seorang Petani
Bapak Rini seorang Petani
Ba pak Ri ni se o rang Pe ta ni
B a p a k R i n i s e o r a n g p e t a n i
g)Metode baca -jawab
h)Metode baca - kritik (untuk apresiasi sastra)
i)Baca - ceritakan
E.Penutup
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat di simpulkan bahwa teknik pembelajaran adalah cara-cara atau siasat yang di lakukan oleh guru dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk mendapat hasil yang optimal. Teknik pembelajaran di tentukan berdasarkan metode yang digunakan menurut pendekatan yang dianut. Teknik pembelajaran tersebut meliputi teknik pembelajaran bahasa lisan dan teknik pembelajaran bahasa tulisan/tulis.
INOVASI PENDIDIKAN
PENDIDIKAN JARAK JAUH
Pertumbuhan penduduk yang meningkat dari perkembangan ekonomi serta teknologi, membawa dampak perubahan dalam pendidikan diseluruh dunia termasuk Indonesia. Contoh inovasi yang mengiringi perubahan tersebut adalah dengan dibukanya kelas internasional, dibukanya cabang institusi besar dibeberapa Negara, diversifikasi bidang ilmu yang diselenggarakan sesuai minat komunitas local, dll.
Apapun bentuk program yang diselenggarakan, rakyat utama agar program-program tersebut memenuhi kebutuhan/selera pasar adalah masalah ketersediaan dan kemudahan akses. Namun hal ini bukanlah tanpa kendala. Kendala terbesar adalah masalah biaya sebagai contoh pasar disuatu tempat membutuhkan adanya program studi tertentu misalnya teknologi informasi tetapi institusi pendidikan local tidak memiliki program tersebut. Biaya tinggi tersebut diakibatkan oleh komponen-komponen seperti sumber daya manusia yang harus didatangkan dari daerah lain, sarana prasarana, penyerapan teknologi (melalui pelatihan-pelatihan dll), perawatan/operasional dll.
Teknologi yang semakin pesat dan murah dapat dijadikan salah satu alternative solusi untuk pemecahan masalah di atas. Pada contoh diatas permasalah dapat diatasi dengan pendidkian jarak jauh dengan mengurangi frekuensi tatap muka. Hal ini pernah dilakukan di Indonesia melalui Universitas Terbuka, tetapi pada prakteknya program ini tidak terlepas dari kekurangan. Di sini akan dibahas apakah pendidkan jarak jauh dapat dijadikan alternative bagi pengembangan program pendidikan. Apakah pendidikan jarak jauh itu?
Banyak pemahaman tentang konsep pendidikan jarak jauh, diantaranya adalah sebagai berikut :
Sherry L dalam Issues in Distance Learning mengutippendapat Perraton (1988), Jonassen (1992), Keegan (1986), Garrison and Shale (1987), bahwa pendidikan jarak jauh (Distance Education/Distance Learning) adalah sebuah program pendidikan yang ditekankan pada terpisahnya antara pengajar/instruktur dengan siswa berdasarkan jarak dan waktu. Kontrol berjalannya program tersebut ada ditangan siswa daripada instruktur, tidak adanya kedekatan komunikasi antara pengajar/instruktur, yang diselenggarakan melalui media cetak atau beberapa bentuk teknologi.
Menurut De Anza College San Franscison oleh Wattkins (1993) pendidikan jarak jauh berarti proses belajar mengajar yang diadakan terpisah antara pengajar/instruktur dan siswa selama proses pengajaran. Mereka dihubungkan melalui media intruksional dan memungkinkan pendidikan tersebut diadakan melalui proses interaksi. Banyak jenis teknologi, beserta pendekatan dan tekniknya yang mungkin digunakan untuk menyelenggarakn proses belajar mengajar. Tatapmuka dapat saja dijadikan bagian dalam pendidikan jarak jauh. Umpan balik dapat langsung diterima (real time) atau ada penundaan masa waktu (non real time).
Berdasarkan kedua konsep tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan jarak jauh memiliki ciri sebagai berikut :
1. Jarak terpisah
2. Proses interaksi bermedia
3. Umpan baliknya langsung/tertunda (real time/non real time)
4. Kemandirian siswa tinggi
Tim pendukung kesuksesan program jarak jauh tampaknya perbedaan antara pendidikan jarak jauh dengan program pendidikan yang biasa diselenggarakan (tatap muka) adalah maslah jarak/kedekatan. Namun disamping cirri, ada filosofi yang perlu dipahami dan diterapkan dalam pendidiakn jarak jauh ini yaitu model instruksional bukan hanya cara informasi dikomunikasikan kepada siswa, tetapi yang terlebih penting adalah bagaimana siswa dapat menyerap serta mengembangkan pengetahuan baru dari informasi-informasi yang disampaikan. Filosofi tersebut memiliki konsekuensi logis bahwa sebuah program pendidikan jarak jauh harus dikelola secara serius (sama halnya dengan program pendidikan tatap muka) karena yang utama dalam program tersebut bukan hanya masalah pilihan teknologi/media apa yang digunakan. Sherry L mengutip pendapat Mc Nabb (1994) bahwa keberhasilan program pendidikan jarak jauh melibatkan interaksi antara pengajar/instruktur dan siswa, antara siswa dengan lingkungan belajar, antara siswa dengan dirinya sendiri seperti halnya belajar aktif dalam kelas.
Untuk mendukung keberhasilan program, perlu diterapkan langkah proses pengembangan mulai dari mendesain system, pengembangan, evaluasi dan revisi. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalm proses pengembangan ini adalah pengembangan tujuan, kebutuhan, karakteristik dosen dan siswa, pokok pengajaran yang diperlukan dan kendala teknis. Revisi harus selalu dilakukan berdasarkan masukan dari instruktur, narasumber/pakar ilmu tertentu dan masukan dari siswa. Hal ini dilakukan terus menerus sehingga program yang dilakukan tetap berada dijalurnya dan relevan. Tampak jelas bahwa keberhasilan program ini sangat diperlukan semua pihak yaitu pengajar, Fasilitator dan siswa itu sendiri. Dukungan dari pihak pengajar. Pengajar sebagai narasumber dalam program pengajaran pendidikan jarak jauh ini diharapkan memiliki pengalaman dalam bidang ilmu dan secara fungsional memadai, memiliki kompetensi dalam bidang ilmu yang diajarkan, sudah dilatih untuk program jarak jauh yang efektif, bertanggung jawab pada pengembangan materi kuliah/belajar, menyiapkan rencana belajar, memproduksi media dan sumber belajar, memilih materi pendukung menyampaikan pengajaran secara efektif, menentukan frekuensi tatap muka serta menentukan cara dan bentuk evaluasi/penilaian.
Dapat dilihat bahwa pengajar pada program ini seharusnya memiliki kemampuan mengorganisir yang lebih baik dari pada pengajar biasa, syarat utama yang perlu diperhatikan adalah kemampuannya dalam penguasaan teknologi komunikasi dan informasi serta kemampuan presentasi. Oleh karena itu konsekuensi bagi institusi pendidikan tinggi yang ingin membuka program ini harus mempertimbangkan program pelatihan bagi pengajar-pengajar dalam upaya memenuhi persyaratan diatas.
Schlosser & Anderson (1993) dalam Sherry L dalam Issues in Distance Learning mengidentifikasi bahwa beberapa keterampilan baru yang harus dimilki para pengajar jarak jauh adalah : memahami filosofi pendidikan jarak jauh, identifikasi karakteristik siswa, mendesain dan mengembangkan bahan-bahan studi interaktif yang mudah diakses orang (menguasai berbagai macam teknologi sehingga dapat menjangkau segala kemampuan jenis kemampuan siswa), mampu mengadaptasi strategi pengajaran jarak jauh, mampu mengorganisir sumber belajar dalam suatu format yang cocok untuk belajar mandiri, terlatih dalam menggunakan system informasi dan telekomunikasi, terlibat dalam organisasi kampus termasuk dalam perencanaan dan pengambilan keputusan (secara akademik), mampu mengevaluasi siswa tidak hanya pencapaian secara kognisi saja tetapi samapi ke tingkat afeksi, memiliki pengetahuan tentang hak cipta.
Sherry L dalam Issues in Distance Learning Schlosser & Anderson (1994) yang mengemukakan bahwa secara umum seorang fasilitator minimal adalah lulusan sarjana dari bidang ilmunya, dapat juga seorang pengajar pemula (asisten ahli) atau seorang staff biasa dengan pengalaman kerja memadai yang memiliki penguasaan teknologi informasi dan komunikasi, fasilitator dipilih karena latar belakang pendidikan, ketersediaan waktu , memiliki kemampuan belajar.
Sebagai peserta aktif dalam proses belajar mengajar, perilaku siswa juga harus mengubah perilaku dan pandangannya tentang belajar sebagai siswa jarak jauh dibandingkan dengan pandangan dan perilakunya sebagai siswa dalam program biasa. Mereka harus mampu dan mau menerima instruksi pengajaran. Berdasarkan penelitian yang dilakukan salomon (1990), ditemukan bahwa usaha mental dimana seorang siswa terlibat dalam proses belajar tergantung pada persepsinya terhadap factor media dan pesan serta kemampuan untuk menyimpulkan sesuatu,
Dukungan siswa alasna memilih pendidikan jarak jauh adalah karena kesibukannya serta ketersediaan program sehingga mereka tidak dapat datang ke kampus secara regular. Ada juga yang tertarik dengan program ini karena alas an kemandirian, mereka menikmati belajar secara mandiri yang menjadikan mereka lebih termotivasi dan memiliki kemampuan belajar.
Pertumbuhan penduduk yang meningkat dari perkembangan ekonomi serta teknologi, membawa dampak perubahan dalam pendidikan diseluruh dunia termasuk Indonesia. Contoh inovasi yang mengiringi perubahan tersebut adalah dengan dibukanya kelas internasional, dibukanya cabang institusi besar dibeberapa Negara, diversifikasi bidang ilmu yang diselenggarakan sesuai minat komunitas local, dll.
Apapun bentuk program yang diselenggarakan, rakyat utama agar program-program tersebut memenuhi kebutuhan/selera pasar adalah masalah ketersediaan dan kemudahan akses. Namun hal ini bukanlah tanpa kendala. Kendala terbesar adalah masalah biaya sebagai contoh pasar disuatu tempat membutuhkan adanya program studi tertentu misalnya teknologi informasi tetapi institusi pendidikan local tidak memiliki program tersebut. Biaya tinggi tersebut diakibatkan oleh komponen-komponen seperti sumber daya manusia yang harus didatangkan dari daerah lain, sarana prasarana, penyerapan teknologi (melalui pelatihan-pelatihan dll), perawatan/operasional dll.
Teknologi yang semakin pesat dan murah dapat dijadikan salah satu alternative solusi untuk pemecahan masalah di atas. Pada contoh diatas permasalah dapat diatasi dengan pendidkian jarak jauh dengan mengurangi frekuensi tatap muka. Hal ini pernah dilakukan di Indonesia melalui Universitas Terbuka, tetapi pada prakteknya program ini tidak terlepas dari kekurangan. Di sini akan dibahas apakah pendidkan jarak jauh dapat dijadikan alternative bagi pengembangan program pendidikan. Apakah pendidikan jarak jauh itu?
Banyak pemahaman tentang konsep pendidikan jarak jauh, diantaranya adalah sebagai berikut :
Sherry L dalam Issues in Distance Learning mengutippendapat Perraton (1988), Jonassen (1992), Keegan (1986), Garrison and Shale (1987), bahwa pendidikan jarak jauh (Distance Education/Distance Learning) adalah sebuah program pendidikan yang ditekankan pada terpisahnya antara pengajar/instruktur dengan siswa berdasarkan jarak dan waktu. Kontrol berjalannya program tersebut ada ditangan siswa daripada instruktur, tidak adanya kedekatan komunikasi antara pengajar/instruktur, yang diselenggarakan melalui media cetak atau beberapa bentuk teknologi.
Menurut De Anza College San Franscison oleh Wattkins (1993) pendidikan jarak jauh berarti proses belajar mengajar yang diadakan terpisah antara pengajar/instruktur dan siswa selama proses pengajaran. Mereka dihubungkan melalui media intruksional dan memungkinkan pendidikan tersebut diadakan melalui proses interaksi. Banyak jenis teknologi, beserta pendekatan dan tekniknya yang mungkin digunakan untuk menyelenggarakn proses belajar mengajar. Tatapmuka dapat saja dijadikan bagian dalam pendidikan jarak jauh. Umpan balik dapat langsung diterima (real time) atau ada penundaan masa waktu (non real time).
Berdasarkan kedua konsep tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan jarak jauh memiliki ciri sebagai berikut :
1. Jarak terpisah
2. Proses interaksi bermedia
3. Umpan baliknya langsung/tertunda (real time/non real time)
4. Kemandirian siswa tinggi
Tim pendukung kesuksesan program jarak jauh tampaknya perbedaan antara pendidikan jarak jauh dengan program pendidikan yang biasa diselenggarakan (tatap muka) adalah maslah jarak/kedekatan. Namun disamping cirri, ada filosofi yang perlu dipahami dan diterapkan dalam pendidiakn jarak jauh ini yaitu model instruksional bukan hanya cara informasi dikomunikasikan kepada siswa, tetapi yang terlebih penting adalah bagaimana siswa dapat menyerap serta mengembangkan pengetahuan baru dari informasi-informasi yang disampaikan. Filosofi tersebut memiliki konsekuensi logis bahwa sebuah program pendidikan jarak jauh harus dikelola secara serius (sama halnya dengan program pendidikan tatap muka) karena yang utama dalam program tersebut bukan hanya masalah pilihan teknologi/media apa yang digunakan. Sherry L mengutip pendapat Mc Nabb (1994) bahwa keberhasilan program pendidikan jarak jauh melibatkan interaksi antara pengajar/instruktur dan siswa, antara siswa dengan lingkungan belajar, antara siswa dengan dirinya sendiri seperti halnya belajar aktif dalam kelas.
Untuk mendukung keberhasilan program, perlu diterapkan langkah proses pengembangan mulai dari mendesain system, pengembangan, evaluasi dan revisi. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalm proses pengembangan ini adalah pengembangan tujuan, kebutuhan, karakteristik dosen dan siswa, pokok pengajaran yang diperlukan dan kendala teknis. Revisi harus selalu dilakukan berdasarkan masukan dari instruktur, narasumber/pakar ilmu tertentu dan masukan dari siswa. Hal ini dilakukan terus menerus sehingga program yang dilakukan tetap berada dijalurnya dan relevan. Tampak jelas bahwa keberhasilan program ini sangat diperlukan semua pihak yaitu pengajar, Fasilitator dan siswa itu sendiri. Dukungan dari pihak pengajar. Pengajar sebagai narasumber dalam program pengajaran pendidikan jarak jauh ini diharapkan memiliki pengalaman dalam bidang ilmu dan secara fungsional memadai, memiliki kompetensi dalam bidang ilmu yang diajarkan, sudah dilatih untuk program jarak jauh yang efektif, bertanggung jawab pada pengembangan materi kuliah/belajar, menyiapkan rencana belajar, memproduksi media dan sumber belajar, memilih materi pendukung menyampaikan pengajaran secara efektif, menentukan frekuensi tatap muka serta menentukan cara dan bentuk evaluasi/penilaian.
Dapat dilihat bahwa pengajar pada program ini seharusnya memiliki kemampuan mengorganisir yang lebih baik dari pada pengajar biasa, syarat utama yang perlu diperhatikan adalah kemampuannya dalam penguasaan teknologi komunikasi dan informasi serta kemampuan presentasi. Oleh karena itu konsekuensi bagi institusi pendidikan tinggi yang ingin membuka program ini harus mempertimbangkan program pelatihan bagi pengajar-pengajar dalam upaya memenuhi persyaratan diatas.
Schlosser & Anderson (1993) dalam Sherry L dalam Issues in Distance Learning mengidentifikasi bahwa beberapa keterampilan baru yang harus dimilki para pengajar jarak jauh adalah : memahami filosofi pendidikan jarak jauh, identifikasi karakteristik siswa, mendesain dan mengembangkan bahan-bahan studi interaktif yang mudah diakses orang (menguasai berbagai macam teknologi sehingga dapat menjangkau segala kemampuan jenis kemampuan siswa), mampu mengadaptasi strategi pengajaran jarak jauh, mampu mengorganisir sumber belajar dalam suatu format yang cocok untuk belajar mandiri, terlatih dalam menggunakan system informasi dan telekomunikasi, terlibat dalam organisasi kampus termasuk dalam perencanaan dan pengambilan keputusan (secara akademik), mampu mengevaluasi siswa tidak hanya pencapaian secara kognisi saja tetapi samapi ke tingkat afeksi, memiliki pengetahuan tentang hak cipta.
Sherry L dalam Issues in Distance Learning Schlosser & Anderson (1994) yang mengemukakan bahwa secara umum seorang fasilitator minimal adalah lulusan sarjana dari bidang ilmunya, dapat juga seorang pengajar pemula (asisten ahli) atau seorang staff biasa dengan pengalaman kerja memadai yang memiliki penguasaan teknologi informasi dan komunikasi, fasilitator dipilih karena latar belakang pendidikan, ketersediaan waktu , memiliki kemampuan belajar.
Sebagai peserta aktif dalam proses belajar mengajar, perilaku siswa juga harus mengubah perilaku dan pandangannya tentang belajar sebagai siswa jarak jauh dibandingkan dengan pandangan dan perilakunya sebagai siswa dalam program biasa. Mereka harus mampu dan mau menerima instruksi pengajaran. Berdasarkan penelitian yang dilakukan salomon (1990), ditemukan bahwa usaha mental dimana seorang siswa terlibat dalam proses belajar tergantung pada persepsinya terhadap factor media dan pesan serta kemampuan untuk menyimpulkan sesuatu,
Dukungan siswa alasna memilih pendidikan jarak jauh adalah karena kesibukannya serta ketersediaan program sehingga mereka tidak dapat datang ke kampus secara regular. Ada juga yang tertarik dengan program ini karena alas an kemandirian, mereka menikmati belajar secara mandiri yang menjadikan mereka lebih termotivasi dan memiliki kemampuan belajar.
Rabu, 14 April 2010
Kesulitan Belajar Keterampilan Membaca Siswa
Kesulitan Belajar Membaca
Sebelum kita mengenal faktor-faktor penyebab kesulitan yang dihadapi siswa dalam belajar membaca, guru perlu mernahami konsep membaca dan aspek-aspek dalam membaca. Goodman (1988: 12) menjelaskan bahwa membaca merupakan proses reseptif. Proses tersebut merupakan proses psikolinguistik yang dimulai dari pengenalan struktur permukaan bahasa yang disandikan oleh penulis sampai pada konstruksi rnakna teks itu. Dengan dernikian, dalam kegiatan membaca terdapat interaksi yang esensial antara bahasa dan pikiran. Pembaca yang cakap dapat merekontruksi makna teks yang dibacanya. Dalam merekontruksi teks tersebut, pembaca yang efisien menggunakan waktu seminimal mungkin.
Dalam kegiatan membaca terjadi proses pengolahan informasi masukan yang terdiri atas informasi visual dan informasi nonvisual. Informasi visual merupakan informasi yang dapat diperoleh melalui indra penglihatan, sedangkan informasi nonvisual merupakan informasi yang sudah ada dalam benak si pembaca. Karena pembaca memiliki pengalaman yang berbeda-beda dan mempergunakan pengalaman itu untuk menafsirkan informasi visual yang ada dalam teks, makna teks akan berubah-ubah sesuai dengan pengalaman penafsirannya.
Pembaca dalam membaca sebuah teks perIu memiliki berbagai macam keterampilan. Keterampilan-keterampilan yang dimaksudkan adalah (a) keterampilan mengenal huruf dan tanda baca, (b) keterampilan menghubungkan huruf dan tanda baca dengan unsur-unsur Iinguistik, dan (e) keterampilan menghubungkan antara huruf dan tanda baca dengan unsur-unsur linguistik dan maknanya. Dalam membaca, pembaca perlu perlu menggunakan sistem simbol secara serentak, yaitu grafofonik, sintaktik, dan semantik. Melalui ketiga simbol itu, pembaca berusaha memperoleh makna teks yang dibacanya.
Pembaca merupakan keterampilan yang sangat kompleks yang melibatkan keterampilan-keterampilan lain yang lebih kecil. Keterampilan-keterampilan itu meliputi (1) keterampilan mekanis, yang mencakup keterampilan mengenali huruf, unsur-unsur linguistik, hubungan pola ejaan, dan bunyi; (2) keterampilan pemahaman, yang mencakup memahami makna leksikal, gramatikal, dan retorikal, serta memahami maksud dan tujuan penulis; dan (3) mengevaluasi bentuk dan isi. Untuk mencapai keterampilan mekanis dapat digunakan jenis membaca nyaring, sedangkan untuk mencapai keterampilan pemahaman dapat digunakan jenis membaca pemahaman.
Pemahaman teks merupakan proses aktif yang melibatkan integrasi pengetahuan pembaca dengan informasi dalam teks, dengan maksud agar memahami teks tersebut (Alexander, 1988). Pemahaman terhadap isi teks merentang dari tidak memahami sampai pada benar-benar memahami. Keberagaman tingkat pemahaman ini bukan hanya terjadi antara individu satu dan individu yang lain, tetapi juga pada individu itu sendiri. Hal ini terjadi, karena pemahaman itu dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor karakteristik teks yang dibaca dan karakteristik pembacanya. Karakteristik materi bacaan meliputi konsep atau isi bacaan, kosakata teknik,· makna kata-kata khusus, struktur sintaksis, dan sebagainya. Adapun karakteristik pembaca yang berpengaruh pad a pemahaman teks adalah pengetahuan pembaca, keterampilan memecahkan pesan, tujuan pembaca, minat pembaca, dan sebagainya.
Dalam kegiatan membaca, ada dua hal pokok yang perIu dibedakan, yakni membaca sebagai produk dan membaca sebagai proses. Membaca sebagai produk merupakan kegiatan membaca yang menekankan pada hasil kegiatan itu. Produk membaca ini adalah komunikasi pikiran dan emosi oleh penulis dan pembaca. Produk tersebut merupakan konsekuensi dari pemanfaatan aspek-aspek proses tertentu dalam urutan yang sesuai. Yang dimaksudkan membaca sebagai suatu proses adalah proses kegiatan dalam membaca dengan menggunakan metode atau langkah-Iangkah tertentu.
Sebagai suatu proses, membaca merupakan kegiatan yang sangat kompleks. Burns, dan kawan-kawan (1984) menjelaskan bahwa dalam proses membaca terlibat berbagai aspek, meliputi (I) aspek sensori, yakni aspek kemampuan untuk memahami simbol-simbol tertulis, (2) aspek perseptual, yakni aspek kemampuan menginterpretasi apa yang dilihatnya sebagai simbol atau kata, (3) aspek urutan, yakni aspek kemampuan mengikuti pola-pola urutan, logika, dan gramatikal teks, (4) aspek asosiasi, yakni aspek kemampuan mengenal hubungan antara simbol dan bunyi, dan an tara kata-kata dan yang dipresentasikan, (5) aspek eksperiensial, yakni aspek kemampuan menghubungkan kata-kata dengan pengalaman yang telah dimiliki untuk memberikan makna kata itu, (6) aspek belajar, yakni aspek kemampuan mengingat apa yang telah dipelajari dan menghubungkamiya dengan gagasan dan fakta yang baru dipelajarinya, (7) aspek berpikir, yakni aspek kemampuan membuat inferensi dan evaluasi dari materi yang dipelajari, dan (8) aspek afektif, yakni aspek yang berkenaan dengan minat pembaca yang berpengaruh terhadap kegiatan membaca.
Goodman (1988) menjelaskan bahwa sebagai suatu proses, membaca melibatkan lima proses kegiatan. Kelima proses ini adalah (1) rekognisiasi, yaitu proses mengenai tulisan yang dipaparkan dalam teks, (2) prediksi, yaitu proses mengantisipasi dan memprediksi maksud atau makna tulisan, (3) konjirmasi, yaitu proses mencari dan memverifikasi hasil prediksi, (4) koreksi, yaitu proses untuk memproses kembali, jika menemukan ketidakajegan atau jika prediksinya tidak tepat, dan (5) terminasi, yakni proses menyelesaikan kegiatan membacanya, ketika makna yang -diserapnya telah lengkap.
Smith (1979) membagi aspek pemahaman tersebut menjadi 4 kategori, yaitu (I) pemahaman literal, (2) interpretasi, (3) membaca kritis, dan (4) memabca secara kreatif. Pemahaman literal merupakan keterampilan pemahaman yang paling sederhana atau paling dasar dan hanya memerlukan sedikit kegiatan berpikir. Keterampilan ini sebagai keterampilan mendapatkan makna kata, gagasan, dan kalimat dalam konteks secara langsung.
Kategori berikutnya adalah intepretasi. Interpretasi melibatkan keterampilan berpikir, yang diperlukan pembaca untuk mengidentifikasi gagasan dan makna yang tidak secara eksplisit dinyatakan dalam teks. Dalam kategori interpretasi ini, pembaca perlu memiliki kemampuan (a) membuat generalisasi, (b) menentukan hubungan sebab-akibat, (c) mengidentifikasi motif-motif, (d) menemukan hubungan antar bagian-bagian teks, (e) memprediksi kesimpulan, dan (f) membuat perbandingan.
Kategori ketiga dalam paradigma Smith di atas adalah membaca kritis. Dalam membaca kritis ini pembaca tidak hanya sekedar mampu memahami secara literal dan mampu menginterpretasi isi teks, tetapi lebih dari itu, yakni mampu menilai apa yang dibacanya. Pembaca mampu secara kritis menilai gagasan-gagasan yang disampaikan penulis dan menilai kesahihan apa yang dibacanya.
Kategori pemahaman yang keempat adalah membaca kreatif. Dalam kategori terse but, pembaca mencoba menerapkan gagasan-gagasan yang ada dalam teks ke simasl yang baru, mengombinasikan gagasan yang telah dimiliki pembaca dengan gagasan ada dalam teks, dan mencoba memerluas konsep-konsep yang ada dalam teks yang dibacanya. Secara singkat, dapat dikatakan bahwa dalam membaca kreatif ini pembaca berusaha secara kreatif menciptakan sesuatu yang bam berdasarkan gagasan-gagasan yang ada dalam teks
2. Faktor-faktor penyebab kesulitan membaca
Dalam pelaksanaan pembelajaran membaca, guru seringkali dihadapkan pada siswa yang mengalami kesulitan, baik yang berkenaan dengan hubungan bunyi huruf, suku kata, kata, kalimat sederhana, maupun ketidakmampuan siswa memahami isi bacaan. Berikut dikemukakan kesulitan-kesulitan yang umumnya dihadapi siswa dalam belajar membaca
a. Kurang mengenali huruf
Kesulitan yang berupa ketidakmampuan siswa mengenali huruf-huruf dalam alfebetis seringkali dijumpai oleh guru. Ketidakmampuan siswa membedakan huruf besar dan kecil termasuk dalam kategori kesulitan ini. Ketidakjelasan siswa dalam melafalkan sebuah huruf sering terjadi khususnya pada huruf seperti [p], [b], [d], [t], [c], [v].
Kata-kata yang mengandung huruf-huruf tersebut memungkinkan siswa kurang mengenali huruf sehingga terjadi salah ucap seperti kata:
Sabtu sering diucapkan sa[p] tu
Sebab sering diucapkan seba [p]
Sapta sering diucapkan sa [b]ta
Murid sering diucapkan muri [t]
TV sering diucapkan [ti] [vi] yang benar [teve]
Baterai ABC sering diucapkan baterai ab [se] yang benar ab[ce]
Untuk memastikan apakah siswa mengalami kesulitan dalam mengenali huruf dapat dilakukan melalui pengujian secara informal atau pengujian secara formal dengan menggunakan tes pengenalan huruf.
Upaya yang ditempuh guru dalam membantu siswa yang mengalami jenis kesulitan ini dapat berupa:
· huruf dijadikan bahan nyanyian
· menampilkan huruf dan mendiskusikan bentuk (karakteristiknya), khususnya huruf-huruf yang memiliki kemiripan bentuk
b. Membaca Kata Demi Kata
Siswa yang mengalami jenis kesulitan ini biasanya berhenti setelah membaca sebuah kata, tidak segera diikuti dengan kata berikutnya. Membaca kata demi kata seringkali disebabkan oleh: (a) gagaI menguasai keterampilan pemecahan kode (decoding), (b) gagal memahami makna kata, atau (c) kurang lancar membaca. Membaca kata demi kata memang merupakan tahap awal dari kegiatan membaca. Akan tetapi jika siswa tidak mengalami kemajuan dalam hal tersebut, maka dia termasuk kategori siswa yang menghadapi masalah. Untuk memastikan apakah seorang siswa mengalami kesulitan terse but dapat ditempuh melalui pengamatan.
Cara yang dapat digunakan untuk mengatasi siswa yang mengalami jenis kesulitan ini adalah:
· Gunakan bacaan yang tingkat kesulitannya paling rendah suruh siswa menulis kalimat dan membacanya dengan keras.
· Jika kesulitan ini disebabkan oleh kurangnya penguasaan kosa kata, maka perlu pengayaan kosa kata jika siswa tidak menyadari bahwa dia membaca kata demi kata, rekamlah kegiatan siswa membaca dan putarlah hasil rekaman tersebut.
c. Memparafraskan yang Salah
Dalam membaca, siswa seringkali melakukan pemenggalan (berhenti membaca) pada tempat yang tidak tepat atau tidak memperhatikan tanda baca, khususnya tanda koma. Jika kesulitan ini tidak di atasi, siswa akan mengalami banyak hambatan dalam proses membaca yang sebenarnya.
Untuk mengatasi jenis kesulitan ini dapat digunakan beberapa cara berikut:
· Jika kesalahan disebabkan oleh ketidaktahuan siswa terhadap makna kelompok kata (frasa), sajikan sejumlah kelompok kata dan latihan cara membacanya.
· Jika kesalahan disebabkan oleh ketidaktahuan siswa tentang tanda baca, perkenalkan fungsi tanda baca dan cara membacanya.
· Berikan paragraf tanpa tanda baca, suruhlah siswa untuk membacanya.
· Selanjutnya ajaklah siswa-siswa untuk menuliskan tanda baca pada paragraf tersebut.
d. Penghilangan Huruf atau Kata
Yang dimaksud dengan kesulitan penghilangan ini adalah siswa menghilangkan (tidak dibaca) satu huruf, kata dari teks yang dibacanya.
Misalnya
Majalah dibaca malaja
Tujuh dibaca tujuh
Mudah dibaca muda dll
Penghilangan huruf, kata ini biasanya disebabkan oleh ketidakmampuan siswa mengucapkan huruf-huruf yang membentuk kata. Bahka ada kata yang sengaja tidak baca dikarenakan sulit membacanya.
Untuk mengatasi hal ini dapat ditempuh beberapa upaya berikut.
· Lakukan koreksi secara tidak langsung (misalnya disuruh membaca ulang) terhadap siswa yang memiliki kebiasaan menghilangkan huruf atau kata dalam membaca.
· Kenali jenis huruf atau kata yang dihilangkan Berikan latihan membaca kata atau frasa
e. Pengulangan Kata
Kebiasaan siswa mengulangi kata atau frasa dalam membaca juga disebabkan oleh faktor tidak mengenali kata, kurang menguasai huruf-bunyi, atau rendah keterampilannya.
Untuk mengatasi kesulitan ini dapat digunakan cara-cara berikut.
· Siswa perIu disadarkan bahwa mengulang akta dalam membaca merupakan kebiasaan buruk.
· Kenali jenis kata yang sering diulang
· Siapkan kata atau frasa sejenis untuk dilatihkan.
Sebelum kita mengenal faktor-faktor penyebab kesulitan yang dihadapi siswa dalam belajar membaca, guru perlu mernahami konsep membaca dan aspek-aspek dalam membaca. Goodman (1988: 12) menjelaskan bahwa membaca merupakan proses reseptif. Proses tersebut merupakan proses psikolinguistik yang dimulai dari pengenalan struktur permukaan bahasa yang disandikan oleh penulis sampai pada konstruksi rnakna teks itu. Dengan dernikian, dalam kegiatan membaca terdapat interaksi yang esensial antara bahasa dan pikiran. Pembaca yang cakap dapat merekontruksi makna teks yang dibacanya. Dalam merekontruksi teks tersebut, pembaca yang efisien menggunakan waktu seminimal mungkin.
Dalam kegiatan membaca terjadi proses pengolahan informasi masukan yang terdiri atas informasi visual dan informasi nonvisual. Informasi visual merupakan informasi yang dapat diperoleh melalui indra penglihatan, sedangkan informasi nonvisual merupakan informasi yang sudah ada dalam benak si pembaca. Karena pembaca memiliki pengalaman yang berbeda-beda dan mempergunakan pengalaman itu untuk menafsirkan informasi visual yang ada dalam teks, makna teks akan berubah-ubah sesuai dengan pengalaman penafsirannya.
Pembaca dalam membaca sebuah teks perIu memiliki berbagai macam keterampilan. Keterampilan-keterampilan yang dimaksudkan adalah (a) keterampilan mengenal huruf dan tanda baca, (b) keterampilan menghubungkan huruf dan tanda baca dengan unsur-unsur Iinguistik, dan (e) keterampilan menghubungkan antara huruf dan tanda baca dengan unsur-unsur linguistik dan maknanya. Dalam membaca, pembaca perlu perlu menggunakan sistem simbol secara serentak, yaitu grafofonik, sintaktik, dan semantik. Melalui ketiga simbol itu, pembaca berusaha memperoleh makna teks yang dibacanya.
Pembaca merupakan keterampilan yang sangat kompleks yang melibatkan keterampilan-keterampilan lain yang lebih kecil. Keterampilan-keterampilan itu meliputi (1) keterampilan mekanis, yang mencakup keterampilan mengenali huruf, unsur-unsur linguistik, hubungan pola ejaan, dan bunyi; (2) keterampilan pemahaman, yang mencakup memahami makna leksikal, gramatikal, dan retorikal, serta memahami maksud dan tujuan penulis; dan (3) mengevaluasi bentuk dan isi. Untuk mencapai keterampilan mekanis dapat digunakan jenis membaca nyaring, sedangkan untuk mencapai keterampilan pemahaman dapat digunakan jenis membaca pemahaman.
Pemahaman teks merupakan proses aktif yang melibatkan integrasi pengetahuan pembaca dengan informasi dalam teks, dengan maksud agar memahami teks tersebut (Alexander, 1988). Pemahaman terhadap isi teks merentang dari tidak memahami sampai pada benar-benar memahami. Keberagaman tingkat pemahaman ini bukan hanya terjadi antara individu satu dan individu yang lain, tetapi juga pada individu itu sendiri. Hal ini terjadi, karena pemahaman itu dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor karakteristik teks yang dibaca dan karakteristik pembacanya. Karakteristik materi bacaan meliputi konsep atau isi bacaan, kosakata teknik,· makna kata-kata khusus, struktur sintaksis, dan sebagainya. Adapun karakteristik pembaca yang berpengaruh pad a pemahaman teks adalah pengetahuan pembaca, keterampilan memecahkan pesan, tujuan pembaca, minat pembaca, dan sebagainya.
Dalam kegiatan membaca, ada dua hal pokok yang perIu dibedakan, yakni membaca sebagai produk dan membaca sebagai proses. Membaca sebagai produk merupakan kegiatan membaca yang menekankan pada hasil kegiatan itu. Produk membaca ini adalah komunikasi pikiran dan emosi oleh penulis dan pembaca. Produk tersebut merupakan konsekuensi dari pemanfaatan aspek-aspek proses tertentu dalam urutan yang sesuai. Yang dimaksudkan membaca sebagai suatu proses adalah proses kegiatan dalam membaca dengan menggunakan metode atau langkah-Iangkah tertentu.
Sebagai suatu proses, membaca merupakan kegiatan yang sangat kompleks. Burns, dan kawan-kawan (1984) menjelaskan bahwa dalam proses membaca terlibat berbagai aspek, meliputi (I) aspek sensori, yakni aspek kemampuan untuk memahami simbol-simbol tertulis, (2) aspek perseptual, yakni aspek kemampuan menginterpretasi apa yang dilihatnya sebagai simbol atau kata, (3) aspek urutan, yakni aspek kemampuan mengikuti pola-pola urutan, logika, dan gramatikal teks, (4) aspek asosiasi, yakni aspek kemampuan mengenal hubungan antara simbol dan bunyi, dan an tara kata-kata dan yang dipresentasikan, (5) aspek eksperiensial, yakni aspek kemampuan menghubungkan kata-kata dengan pengalaman yang telah dimiliki untuk memberikan makna kata itu, (6) aspek belajar, yakni aspek kemampuan mengingat apa yang telah dipelajari dan menghubungkamiya dengan gagasan dan fakta yang baru dipelajarinya, (7) aspek berpikir, yakni aspek kemampuan membuat inferensi dan evaluasi dari materi yang dipelajari, dan (8) aspek afektif, yakni aspek yang berkenaan dengan minat pembaca yang berpengaruh terhadap kegiatan membaca.
Goodman (1988) menjelaskan bahwa sebagai suatu proses, membaca melibatkan lima proses kegiatan. Kelima proses ini adalah (1) rekognisiasi, yaitu proses mengenai tulisan yang dipaparkan dalam teks, (2) prediksi, yaitu proses mengantisipasi dan memprediksi maksud atau makna tulisan, (3) konjirmasi, yaitu proses mencari dan memverifikasi hasil prediksi, (4) koreksi, yaitu proses untuk memproses kembali, jika menemukan ketidakajegan atau jika prediksinya tidak tepat, dan (5) terminasi, yakni proses menyelesaikan kegiatan membacanya, ketika makna yang -diserapnya telah lengkap.
Smith (1979) membagi aspek pemahaman tersebut menjadi 4 kategori, yaitu (I) pemahaman literal, (2) interpretasi, (3) membaca kritis, dan (4) memabca secara kreatif. Pemahaman literal merupakan keterampilan pemahaman yang paling sederhana atau paling dasar dan hanya memerlukan sedikit kegiatan berpikir. Keterampilan ini sebagai keterampilan mendapatkan makna kata, gagasan, dan kalimat dalam konteks secara langsung.
Kategori berikutnya adalah intepretasi. Interpretasi melibatkan keterampilan berpikir, yang diperlukan pembaca untuk mengidentifikasi gagasan dan makna yang tidak secara eksplisit dinyatakan dalam teks. Dalam kategori interpretasi ini, pembaca perlu memiliki kemampuan (a) membuat generalisasi, (b) menentukan hubungan sebab-akibat, (c) mengidentifikasi motif-motif, (d) menemukan hubungan antar bagian-bagian teks, (e) memprediksi kesimpulan, dan (f) membuat perbandingan.
Kategori ketiga dalam paradigma Smith di atas adalah membaca kritis. Dalam membaca kritis ini pembaca tidak hanya sekedar mampu memahami secara literal dan mampu menginterpretasi isi teks, tetapi lebih dari itu, yakni mampu menilai apa yang dibacanya. Pembaca mampu secara kritis menilai gagasan-gagasan yang disampaikan penulis dan menilai kesahihan apa yang dibacanya.
Kategori pemahaman yang keempat adalah membaca kreatif. Dalam kategori terse but, pembaca mencoba menerapkan gagasan-gagasan yang ada dalam teks ke simasl yang baru, mengombinasikan gagasan yang telah dimiliki pembaca dengan gagasan ada dalam teks, dan mencoba memerluas konsep-konsep yang ada dalam teks yang dibacanya. Secara singkat, dapat dikatakan bahwa dalam membaca kreatif ini pembaca berusaha secara kreatif menciptakan sesuatu yang bam berdasarkan gagasan-gagasan yang ada dalam teks
2. Faktor-faktor penyebab kesulitan membaca
Dalam pelaksanaan pembelajaran membaca, guru seringkali dihadapkan pada siswa yang mengalami kesulitan, baik yang berkenaan dengan hubungan bunyi huruf, suku kata, kata, kalimat sederhana, maupun ketidakmampuan siswa memahami isi bacaan. Berikut dikemukakan kesulitan-kesulitan yang umumnya dihadapi siswa dalam belajar membaca
a. Kurang mengenali huruf
Kesulitan yang berupa ketidakmampuan siswa mengenali huruf-huruf dalam alfebetis seringkali dijumpai oleh guru. Ketidakmampuan siswa membedakan huruf besar dan kecil termasuk dalam kategori kesulitan ini. Ketidakjelasan siswa dalam melafalkan sebuah huruf sering terjadi khususnya pada huruf seperti [p], [b], [d], [t], [c], [v].
Kata-kata yang mengandung huruf-huruf tersebut memungkinkan siswa kurang mengenali huruf sehingga terjadi salah ucap seperti kata:
Sabtu sering diucapkan sa[p] tu
Sebab sering diucapkan seba [p]
Sapta sering diucapkan sa [b]ta
Murid sering diucapkan muri [t]
TV sering diucapkan [ti] [vi] yang benar [teve]
Baterai ABC sering diucapkan baterai ab [se] yang benar ab[ce]
Untuk memastikan apakah siswa mengalami kesulitan dalam mengenali huruf dapat dilakukan melalui pengujian secara informal atau pengujian secara formal dengan menggunakan tes pengenalan huruf.
Upaya yang ditempuh guru dalam membantu siswa yang mengalami jenis kesulitan ini dapat berupa:
· huruf dijadikan bahan nyanyian
· menampilkan huruf dan mendiskusikan bentuk (karakteristiknya), khususnya huruf-huruf yang memiliki kemiripan bentuk
b. Membaca Kata Demi Kata
Siswa yang mengalami jenis kesulitan ini biasanya berhenti setelah membaca sebuah kata, tidak segera diikuti dengan kata berikutnya. Membaca kata demi kata seringkali disebabkan oleh: (a) gagaI menguasai keterampilan pemecahan kode (decoding), (b) gagal memahami makna kata, atau (c) kurang lancar membaca. Membaca kata demi kata memang merupakan tahap awal dari kegiatan membaca. Akan tetapi jika siswa tidak mengalami kemajuan dalam hal tersebut, maka dia termasuk kategori siswa yang menghadapi masalah. Untuk memastikan apakah seorang siswa mengalami kesulitan terse but dapat ditempuh melalui pengamatan.
Cara yang dapat digunakan untuk mengatasi siswa yang mengalami jenis kesulitan ini adalah:
· Gunakan bacaan yang tingkat kesulitannya paling rendah suruh siswa menulis kalimat dan membacanya dengan keras.
· Jika kesulitan ini disebabkan oleh kurangnya penguasaan kosa kata, maka perlu pengayaan kosa kata jika siswa tidak menyadari bahwa dia membaca kata demi kata, rekamlah kegiatan siswa membaca dan putarlah hasil rekaman tersebut.
c. Memparafraskan yang Salah
Dalam membaca, siswa seringkali melakukan pemenggalan (berhenti membaca) pada tempat yang tidak tepat atau tidak memperhatikan tanda baca, khususnya tanda koma. Jika kesulitan ini tidak di atasi, siswa akan mengalami banyak hambatan dalam proses membaca yang sebenarnya.
Untuk mengatasi jenis kesulitan ini dapat digunakan beberapa cara berikut:
· Jika kesalahan disebabkan oleh ketidaktahuan siswa terhadap makna kelompok kata (frasa), sajikan sejumlah kelompok kata dan latihan cara membacanya.
· Jika kesalahan disebabkan oleh ketidaktahuan siswa tentang tanda baca, perkenalkan fungsi tanda baca dan cara membacanya.
· Berikan paragraf tanpa tanda baca, suruhlah siswa untuk membacanya.
· Selanjutnya ajaklah siswa-siswa untuk menuliskan tanda baca pada paragraf tersebut.
d. Penghilangan Huruf atau Kata
Yang dimaksud dengan kesulitan penghilangan ini adalah siswa menghilangkan (tidak dibaca) satu huruf, kata dari teks yang dibacanya.
Misalnya
Majalah dibaca malaja
Tujuh dibaca tujuh
Mudah dibaca muda dll
Penghilangan huruf, kata ini biasanya disebabkan oleh ketidakmampuan siswa mengucapkan huruf-huruf yang membentuk kata. Bahka ada kata yang sengaja tidak baca dikarenakan sulit membacanya.
Untuk mengatasi hal ini dapat ditempuh beberapa upaya berikut.
· Lakukan koreksi secara tidak langsung (misalnya disuruh membaca ulang) terhadap siswa yang memiliki kebiasaan menghilangkan huruf atau kata dalam membaca.
· Kenali jenis huruf atau kata yang dihilangkan Berikan latihan membaca kata atau frasa
e. Pengulangan Kata
Kebiasaan siswa mengulangi kata atau frasa dalam membaca juga disebabkan oleh faktor tidak mengenali kata, kurang menguasai huruf-bunyi, atau rendah keterampilannya.
Untuk mengatasi kesulitan ini dapat digunakan cara-cara berikut.
· Siswa perIu disadarkan bahwa mengulang akta dalam membaca merupakan kebiasaan buruk.
· Kenali jenis kata yang sering diulang
· Siapkan kata atau frasa sejenis untuk dilatihkan.
Jual Kawasaki ninja RR 2008
tahun 2008 Merek Kawasaki type KRR warna hitam, kondisi prima, terawat, apik, macho, dan jarang pakai,nomor (D) kodya,,full variasi :
- Bodykyt
- Step Racing Asli Yoshimura
- Ban Battlax (Depan-Belakang)
- Barang Orisinil Lengkap
Barang siap Pakai, Harga 26,7 jt (Nego)..bukan Showroom,milik Pribadi tidak akan mengecewakan.
Berminat Hubungi : 02292973600/085722386632
Alamat : Jl. Al-jawami No. 25 Cileunyi Bandung
- Bodykyt
- Step Racing Asli Yoshimura
- Ban Battlax (Depan-Belakang)
- Barang Orisinil Lengkap
Barang siap Pakai, Harga 26,7 jt (Nego)..bukan Showroom,milik Pribadi tidak akan mengecewakan.
Berminat Hubungi : 02292973600/085722386632
Alamat : Jl. Al-jawami No. 25 Cileunyi Bandung
Langganan:
Postingan (Atom)